Minggu, 05 April 2015

Hari Raya Nyepi

Ogoh-ogoh
Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali diadakan setiap tahun sekali, Nyepi adalah Hari Raya Umat Hindhu di Bali yang diadakan untuk menyambut Tahun Baru Hindhu atau Tahun Baru Saka yang jatuh pada Tilem Kesanga (IX) yang sangat di percayai oleh Umat Hindhu di Bali merupakan hari Penyucian Dewa - Dewa.
Nyepi yang berasal dari kata Sepi yang artinya Sunyi atau Senyap, berbeda dengan perayaan Tahun Baru Masehi, perayaan Tahun Baru Saka diawali dengan melakukan Penyepian, tidak ada aktifitas apapun seperti biasanya, tidak boleh bekerja, tidak boleh bepergian, tidak boleh menghidupkan api atau lampu, termasuk aktifitas pelayanan umum seperti Bandar Udara International Ngurah Rai di tutup satu hari penuh.

Adapun tujuan utama dari Perayaan Hari Raya Nyepi itu sendiri adalah memohon kehadapan Idha Sanghyang  Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa, agar segenap isi alam semesta di berikan kesucian.
Adapun rangkaian upacara yang dilakukan sebelum Hari Penyepian meliputi :

Melis atau Melasti

Melasti di Pantai
Melis atau Melasti bertujuan untuk mensucikan atau membersihkan Pratima dan semua peralatan yang ada di Pura seperti Lontrek, Tedung (payung), Tombak dll. Semua Pratima diarak menuju Pantai atau Segara, Danau atau sumber air yang disucikan bagi masyarakat desa yang jauh dari pantai
Acara Melasti ini dilaksanakan 2 hari sebelum puncak hari Nyepi, semua peralatan yang biasa di gunakan di Pura seperti Lontrek, Tedung atau payung, Tombak di bersihkan dari segala leteh atau kekotoran.
Sepulang atau kembali dari Segara atau sumber air suci, semua Pratima dan peralatan lainnya di stanakan di Pure Desa, untuk di berikan upacara atau sesajen, dan pada saat hari Pengerupukan semua Pratima akan dilinggihkan (di tempatkan) kembali ke masing masing Pura.

Tawur Agung dan Pengrupukan.

Sehari sebelum Nyepi tepatnya pada Tilem Kesange masyarakat di Bali melakukan Upacara Pecaruan atau Buta Yadnya di masing masing rumah,  di Perempatan Agung yang bertujuan untuk menetralkan Alam Semesta dari gangguan buta kala (mahluk halus / gaib)

Pawai Ogoh-ogoh
Pada sore harinya masyarakat melakukan Pengrupukan di masing masing rumah atau pekarangan dengan sarana obor dan memukul kentongan atau bahan lainnya seperti drum yang bisa membuat suara gaduh, bertujuan untuk mengusir para buta kala agar kembali ke tempatnya masing masing dan tidak mengganggu anggota keluarga si penghuni rumah.
Dan pada hari Pengrupukan diadakan Pawai Ogoh-ogoh yang diarak keliling Desa, semua bentuk dan model Ogoh-ogoh menyerupai raksasa atau mahluk yang menyeramkan, agar buta kala merasuk ke dalam Ogoh-ogoh, dan selesai diarak Ogoh-ogoh tersebut langsung di bakar.

Puncak Hari Penyepian

Pada hari ini (Nyepi) masyarakat melakukan Tapa Bratha Penyepian, yang meliputi "Amati Geni" (tidak menyalakan Api atau lampu), "Amati Karya" (tidak bekerja atau melakukan aktifitas seperti biasanya), "Amati Lelungaan" (tidak bepergian), dan "Amati Lelanguan" (tidak mendengarkan musik dan hiburan lainnya) pada hari ini suasana bener bener sepi, tenang, terbebas dari suasana hinggar bingar.
Dan bagi masyarakat yang mampu biasanya berpuasa selama sehari semalam mulai dari jam 6 pagi pada hari Nyepi sampai jam 6 pagi esok hari yaitu Ngembak Geni.
Dan Ngembak ini sebagai akhir dari Hari Raya Nyepi dan mulai dengan aktifitas yang baru.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar