|
Ogoh-ogoh |
Perayaan
Hari Raya Nyepi di Bali diadakan setiap tahun sekali,
Nyepi adalah Hari Raya Umat Hindhu di Bali yang diadakan untuk menyambut Tahun Baru Hindhu atau
Tahun Baru Saka yang jatuh pada Tilem Kesanga (IX) yang sangat di percayai oleh Umat Hindhu di Bali merupakan hari Penyucian Dewa - Dewa.
Nyepi yang berasal dari kata Sepi yang artinya Sunyi atau Senyap, berbeda dengan perayaan Tahun Baru Masehi, perayaan Tahun Baru Saka diawali dengan melakukan Penyepian, tidak ada aktifitas apapun seperti biasanya, tidak boleh bekerja, tidak boleh bepergian, tidak boleh menghidupkan api atau lampu, termasuk aktifitas pelayanan umum seperti Bandar Udara International Ngurah Rai di tutup satu hari penuh.
Adapun tujuan utama dari Perayaan
Hari Raya Nyepi itu sendiri adalah memohon kehadapan
Idha Sanghyang Widhi atau
Tuhan Yang Maha Esa, agar segenap isi alam semesta di berikan kesucian.
Adapun rangkaian upacara yang dilakukan sebelum Hari Penyepian meliputi :
Melis atau Melasti
|
Melasti di Pantai |
Melis atau
Melasti bertujuan untuk mensucikan atau membersihkan
Pratima dan semua peralatan yang ada di Pura seperti Lontrek, Tedung (payung), Tombak dll. Semua
Pratima diarak menuju Pantai atau Segara, Danau atau sumber air yang disucikan bagi masyarakat desa yang jauh dari pantai
Acara
Melasti ini dilaksanakan 2 hari sebelum puncak hari
Nyepi, semua peralatan yang biasa di gunakan di Pura seperti Lontrek, Tedung atau payung, Tombak di bersihkan dari segala leteh atau kekotoran.
Sepulang atau kembali dari Segara atau sumber air suci, semua
Pratima dan peralatan lainnya di stanakan di
Pure Desa, untuk di berikan upacara atau sesajen, dan pada saat hari Pengerupukan semua
Pratima akan dilinggihkan (di tempatkan) kembali ke masing masing Pura.
Tawur Agung dan Pengrupukan.
Sehari sebelum
Nyepi tepatnya pada
Tilem Kesange masyarakat di
Bali melakukan Upacara Pecaruan atau Buta Yadnya di masing masing rumah, di Perempatan Agung yang bertujuan untuk menetralkan Alam Semesta dari gangguan buta kala (mahluk halus / gaib)
|
Pawai Ogoh-ogoh |
Pada sore harinya masyarakat melakukan
Pengrupukan di masing masing rumah atau pekarangan dengan sarana obor dan memukul kentongan atau bahan lainnya seperti drum yang bisa membuat suara gaduh, bertujuan untuk mengusir para buta kala agar kembali ke tempatnya masing masing dan tidak mengganggu anggota keluarga si penghuni rumah.
Dan pada hari
Pengrupukan diadakan
Pawai Ogoh-ogoh yang diarak keliling Desa, semua bentuk dan model Ogoh-ogoh menyerupai raksasa atau mahluk yang menyeramkan, agar buta kala merasuk ke dalam Ogoh-ogoh, dan selesai diarak Ogoh-ogoh tersebut langsung di bakar.
Puncak Hari Penyepian
Pada hari ini (
Nyepi) masyarakat melakukan
Tapa Bratha Penyepian, yang meliputi "
Amati Geni" (tidak menyalakan Api atau lampu), "
Amati Karya" (tidak bekerja atau melakukan aktifitas seperti biasanya), "
Amati Lelungaan" (tidak bepergian), dan "
Amati Lelanguan" (tidak mendengarkan musik dan hiburan lainnya) pada hari ini suasana bener bener sepi, tenang, terbebas dari suasana hinggar bingar.
Dan bagi masyarakat yang mampu biasanya berpuasa selama sehari semalam mulai dari jam 6 pagi pada hari
Nyepi sampai jam 6 pagi esok hari yaitu
Ngembak Geni.
Dan
Ngembak ini sebagai akhir dari
Hari Raya Nyepi dan mulai dengan aktifitas yang baru.